Review Buku Love in Paris

Posting Komentar

Identitas Buku:

Judul buku: Love in Paris

Penulis: Silvarani

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit: 2016

Jumlah Halaman: IV + 207 halaman

ISBN: 978-602-03-2661-0

Blurb:

Paris... tragis atau romantis?

Ternyata, Paris tak hanya romantis, tetapi juga tragis. Lihat saja sejarah revolusi Raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette, di hukum mati di kota ini.

Bersamamu, kira-kira Paris akan menampakkan wajah yang mana? Tragis... atau romantis?

Sheila begitu bahagia bisa ke Paris untuk melanjutkan kuliah di Pantheon-Sorbonne. Yang memberatinya hanya satu: Sony pacarnya tak mau menjalani LDR Jakarta-Paris. Berangkat dengan patah hati, Sheila mencoba meyakini bahwa Paris akan menghadiahkan hidup dan cinta baru.

Lalu muncullah Leon, sahabat kakaknya semasa SD. Laki-laki blasteran Prancis-Indonesia berprofesi sebagai fotografer. Bayangan Leon yang dulu mengimami Sheila saat salat seketika pupus, berganti sosok “asing” yang menjalani gaya hidup khas kota besar. Walau agak kecewa, tak bisa dimungkiri Leon berhasil membuat Sheila terpesona. Pun sebaliknya. Pencarian iman mendekatkan mereka berdua, tapi juga mengombang-ambing hati keduanya.

Di bawah langit Paris, haruskah Sheila kehilangan cinta lagi? Mampukah gadis ini bersabar menunjukkan jalan lurus-Nya kepada Leon?


Tentang Buku Ini

Buku ini menceritakan tentang Sheila yang memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Paris. Bahasa, budaya dan fashion dari Paris telah membuat gadis yang berusia 18 tahun itu jatuh cinta akan kota itu. Keinginannya untuk mandiri juga merupakan alasan selanjutnya mengapa anak kedua dari dua bersaudara itu memilih di sana.

Namun, pilihan kuliah ke luar negeri bukanlah pilihan yang ringan bagi Sheila. Selain harus berpisah sama keluarga, ia juga harus mengikhlaskan hubungannya dengan Sony. Karena perbedaan visi antara mereka berdua, mau tidak mau hubungan mereka harus putus di tengah jalan. Sony yang merupakan mahasiswa kedokteran di Jakarta tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh dengan Sheila yang memilih kuliah di Paris.

Saat di Paris, ia bertemu dengan Leon. Sahabat kakaknya Sheila waktu SD itu sudah berubah banyak selama tinggal di Paris. Dari mulai yang dulunya sering mengimami salat, sekarang malah sering meninggalkan salat. Tapi bagaimana pun juga, Leon lah yang menjadi tour guide bagi Sheila saat masih awal-awal tinggal di kota Paris.

Dari buku ini kita belajar bahwasanya menjaga iman itu penting, apalagi saat berada di negara yang mayoritas nilai budayanya bertentangan dengan nilai agama, seperti berpelukan dan berciuman dengan lawan jenis di tempat umum yang sudah biasa bagi mereka. Naudzubillah hi min dzalik.

Keunggulan:

Keunggulannya sih, penjelasan tentang kota Paris di sini di jelaskan dengan teknik showing sehingga kita yang lagi membaca ini seolah-olah seperti jalan-jalan. Selain itu juga suka sama sikap Sheila yang tetap berusaha menjaga salat meskipun berada di negara yang muslimnya minoritas. Memang tidak mudah, oleh karena itulah orang tuanya Sheila berusaha mengingatkannya untuk tidak meninggalkan salat. Intinya, secara tidak langsung banyak amanat yang bisa dipetik dari membaca buku ini.

Kekurangan:

Menurutku, kekurangan dari buku ini adalah endingnya yang terlalu cepat. Di sini tidak dijelaskan apa saja yang dilakukan Leon saat Sheila memutuskan hubungan dengannya. Karena itulah merasa kalau konfliknya belum selesai, eh tiba-tiba sudah ending saja.

Di Tujukan Kepada Siapa Buku ini?

Untuk kalian yang penasaran tentang kota Paris atau menyukai buku yang bergenre travelling, buku ini sangat direkomendasikan untuk kalian.

 

Related Posts

Posting Komentar