Kedua kakinya yang tengah berdiri di depan jendela kafe itu
akhirnya merasakan kelegaan. Kurang lebih setelah lima jam lamanya berkutat di
dalam kafe, mondar-mandir antara dapur dan meja makan, sekarang Diva akhirnya
mampu menghirup udara segar. Pikiran yang tadinya sumpek karena tekanan dan
ruangan yang tak bebas itu akhirnya bisa merasakan kebebasan.
Meski jarum jam telah menunjukkan pukul 00.20, namun keadaan
jalan di malam hari tak kalah ramainya seperti di siang hari. Mungkin karena
ibu kota provinsi, wajar saja bila kondisinya masih banyak orang dan kendaraan yang
berlalu lalang. Meski begitu, mahasiswi yang kini tengah menempuh kuliah di
semester lima itu tetap waspada. Ia tetap berjaga-jaga dari hal-hal di luar
dugaannya. Sebab, orang-orang yang berlalu lalang di kota ini tak pernah peduli
terhadap perkara orang yang tak mereka kenali.
Ia berjalan cepat menuju ke terminal yang letaknya tidak
jauh dari tempat kerja sampingannya. Selain takut diikuti oleh orang yang tidak
dikenal, Diva juga takut ketinggalan bus yang bertujuan ke wilayah
kos-kosannya. Jika ia ketinggalan, tentu saja ia harus menunggu empat jam lagi
di terminal. Karena bus yang bertujuan ke Kijang itu akan ada lagi di jam 4
nanti.
"Alhamdulillah, sudah sampai," gumamnya dalam
posisi duduk di atas kursi yang ada di dalam bus. Meski sudah tengah malam,
namun isi dalam bus tetaplah ramai. Kelihatannya sih, kebanyakan para pekerja.
Entah pekerja pabrik, rumah makan, ataupun tempat lain. Diva pulang sendirian,
sebab rekan-rekan kerjanya tidak ada yang tinggal di tempat yang sama
sepertinya.
Selama perjalanan, keadaan di dalam bus menjadi remang-remang.
Jadi, para penumpang hanya mengandalkan lampu-lampu kota yang memang sudah
dipasang di sepanjang jalan. Keadaan seperti itu tentu saja selalu menggodanya
untuk terlelap. Raganya memang telah menyatakan lelah. Namun, logika menahannya
untuk tidak lengah.
"Jangan lengah Div, ini di kota. Bisa berakibat fatal
kalau saja kamu lengah." Kalimat dari orang tuanya itu yang selalu ia lekatkan
dalam isi kepalanya.
Perjalanan yang memakan waktu 30 menit itu akhirnya telah mengantarkan
Diva menuju wilayah tempat tinggalnya. Setelah sopir bus menurunkannya di halte
yang dekat dengan kos-kosan, ia langsung berjalan kaki dengan langkah yang cepat.
Tujuannya sama seperti tadi, supaya tidak diikuti oleh orang asing dan supaya cepat
istirahat.
“Assalamu’alaikum,” salam Diva sambil memukulkan pintu yang ada
di depannya dengan buku jari.
“Wa’alaikumussalam,” sahut salah satu teman kosnya sambil membuka
pintu.
Diva langsung meletakkan tasnya dan menuju ke kamar mandi untuk
membersihkan badannya. Ia sungguh merasa beruntung, tinggal di kos-kosan bersama
teman-temannya yang senantiasa menanti kepulangan Diva. Tak dipungkiri, begadang
memang sudah menjadi keseharian bagi mahasiswa. Oleh karena itu, saat Diva tiba
di kos, pasti ia sering mendapati teman-temannya yang entah lagi mengerjakan tugas, nonton drama Korea kesukaan mereka, atau sekadar scrolling media sosial.
“Diva, tugas elu yang ini sudah belum?” tanya Rosa kepada Diva.
“Sepertinya sudah. Tapi coba aku cek lagi.” Diva menyalakan laptopnya
untuk mengecek kembali apakah tugasnya sudah ia kerjakan atau belum.
“Kamu tuh Diva, kerja saja masih bisa menuntaskan tugas tepat
waktu,” ucap Alysa dengan nada lelah yang saat ini dalam posisi rebahan sambil memainkan
gadgetnya.
“Habis kalau enggak begitu, mau bagaimana lagi dong? Ya, aku
harus pandai-pandai mencari waktu kosong lah untuk mengerjakan tugas. Alhamdulillah
sudah kelar. Jadi, pas kerja sudah enggak kepikiran sama tugas.”
“Kecuali kalau tiba-tiba di kasih tugas baru sama dosen. Itu
wallahualam bissawab saja deh,” ucap Diva dengan raut setengah putus asa.
“Tenang saja Div, insyaAllah kami akan selalu membantu kamu kok. Kan kamu
memang bekerja supaya tidak membebankan orang tuamu di kampung sana, kan? Percayalah,
kalau niat kamu baik, pasti ada saja jalannya.” Rosa menyemangati Diva—sosok
yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri—yang matanya sudah terlihat seperti
mata panda.
“Dah hebat lah kamu itu Div. Sudah, jangan overthinking terus. Kalau tugasmu sudah selesai,
kita tidur yuk. 15 menit lagi jam 2 nih.” Alysa mengajak mereka untuk bersiap-siap
tidur.
Mangat Diva, tp kl pulang mlm hti2 ya wsoada selalu keren tulisannya dtnggu part 2
BalasHapusBismillah, otw part 2 hihi. Nunggu punya bunda lita jg nih
Hapus