Keadaan Literasi di Indonesia

1 komentar
Source by Canva

Pengertian literasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, dan kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Berbicara tentang literasi di Indonesia, negara kita berada di peringkat ke-62 dari 70 negara. Hal ini berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2019 lalu. Sungguh memprihatinkan, bukan?

Terkait studi itu, tentu saja pemerintah pun tak tinggal diam. Sebenarnya kalau ditilik lebih dalam lagi, pemerintah juga sudah menerapkan beberapa program untuk meningkatkan literasi di tingkat sekolah. Salah satunya adalah gerakan membaca (di luar buku sekolah) selama 15 menit sebelum masuk jam pelajaran. Tapi nyatanya, penerapannya masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan pengalaman, memang ada guru yang lumayan melek akan hal ini. Tapi kebanyakan guru juga tidak menerapkan hal seperti ini. Entah karena terlambat masuk, atau karena lebih ingin mengejar materi supaya tidak ketinggalan. Mungkin di luar sana ada juga sekolah yang masih menerapkan program ini, tapi ada yang sudah jarang menerapkan ini.

Tak dipungkiri, dengan persebaran penduduk di Indonesia yang tidak merata menjadi salah satu hambatan untuk bisa meningkatkan literasi seperti negara Finlandia—negara yang menjadi tingkat literasi tertinggi di dunia. Memang iya, di kota-kota besar sana banyak kemudahan untuk mengakses bahan bacaan. Tapi cobalah lihat wilayah-wilayah terpencil. Jangankan buku, sepatu pun mungkin tak mampu beli.

Sebagai anak yang pernah menjadi siswi, saya juga pernah mendengar tentang perjuangan guru yang berjuang dan mengajar di wilayah terpencil. Dengan jumlah buku yang berbanding terbalik dengan jumlah murid menjadi tantangan bagi mereka. Memang iya, sekarang sudah ada kemudahan mengakses buku elektronik secara legal, seperti aplikasi ipusnas. Tapi, jaringan di sana sangat payah. Jangankan jaringan, bangun tidur saja sudah ketemu lipan.

Kalaupun mau beli buku, terkendala sama ongkos kirimnya yang bisa dibilang hampir menyamakan harga buku. Sebab itulah, tidak banyak toko buku yang mampu bertahan lama. Palingan adanya toko buku yang menjual buku-buku yang berkaitan dengan pelajaran sekolah. Mau pergi ke perpustakaan daerah, tapi terhambat dengan panjangnya jarak. Harus naik kapal dulu, membuat sebagian besar rakyat yang tinggal di wilayah terpencil menjadi enggan untuk ke sana. Kecuali bila ada tekad yang kuat.

Tapi, semuanya kembali kepada kepribadian masing-masing. Meskipun pemerintah sudah menggalakkan literasi melalui berbagai kemudahan, tetapi kalau orang tersebut belum memiliki kesadaran untuk membaca ya sama saja. Dan sebaliknya, meskipun orang yang tinggal di wilayah yang tidak diberikan kemudahan untuk menemukan bahan bacaan, tapi kalau tekadnya kuat, insyaAllah pasti akan menemukan kemudahan.

Seiring berjalannya zaman, literasi bukanlah hanya sebatas bisa menulis dan membaca saja. Tapi lebih luas lagi. Kita harus menghitung, berbicara, dan berpikir kritis. Dan semuanya itu akan didapatkan jika kita memahami bacaan. Bukan hanya sekadar membaca, tapi juga memahami dan menerapkannya.

Jadi, kesimpulannya adalah karena negara Indonesia ini adalah negara kepulauan, maka berbagai akses yang diberikan oleh pemerintah masih belum sepadan dengan jumlah penduduk. Sesuai pengalaman saya yang besar di lingkungan yang tidak menemukan kemudahan untuk mengakses buku—kecuali internet—memang bukan hal mudah untuk mencoba menarik minat baca mereka. Karena sudah nyaman dengan pekerjaan yang mereka lakoni, mereka tak lagi acuh akan hal ini. Kata mereka, yang penting bisa baca dan tulis. Setelah itu bekerja dan menghasilkan duit.

Begitu juga dengan kualitas pendidikan. Sekarang, pemerintah menerapkan Assessmen Nasional yang salah satunya bertujuan untuk mengukur literasi membaca dan literasi menghitung siswa. Namanya Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), yang mana untuk menilai kemampuan dasar seluruh pelajar di Indonesia dengan harapan supaya nantinya bisa mengembangkan dirinya sendiri dan berkontribusi ke masyarakat.




Referensi: 

Kamus Besar Bahasa Indonesia

https://www.kemenkopmk.go.id/tingkat-literasi-indonesia-memprihatinkan-kemenko-pmk-siapkan-peta-jalan-pembudayaan-literasi

https://www.zenius.net/blog/jadwal-akm-2021#:~:text=Elo%20udah%20tahu%20belum%2C%20sih,dan%20berkontribusi%20positif%20ke%20masyarakat.



 

Related Posts

1 komentar

  1. Luar biasa pengetahuan amel ih ttg progrm pmrntah–literasi dan kendala2 yg dihadapi, wktu bc kyk yg nulisnya ibu guru aja ih keren

    BalasHapus

Posting Komentar