Ulasan Cerpen: Pelarian

Posting Komentar

Cerpen yang berjudul Pelarian ini adalah buah karya Anisa Sustianing anggota komunitas ODOP batch 7. Salah satu cerita pendek yang dimuat di rubrik lakonnya ngodop.com ini menceritakan tentang Mira yang memilih untuk melarikan diri demi menutupi kesalahannya yang di depan kedua orang tuanya dan keluarganya. Alasan saya memilih cerita ini untuk mengerjakan tantangan dari OPREC ODOP adalah karena kehidupan yang dimiliki oleh tokoh utama semasa SMA sangat mirip dengan saya, yaitu anak rumahan. Dan kekhilafan yang telah dibuat oleh Mira setelah lulus SMA ini, semoga bisa menjadi gambaran kepada saya untuk senantiasa berjaga-jaga dari bahayanya pergaulan bebas. 



Deskripsi Cerita:

Sebagai anak bungsu, Mira menjadi anak yang paling disayangi oleh kedua orang tuanya. Namun, apa hendak dikata. Akibat kekhilafannya—yaitu hamil di luar nikah—kini ia terpaksa harus melarikan dirinya demi menutupi kesalahannya dihadapan orang tuanya dan keluarganya.

Kekhilafan yang telah diperbuat itu membuatnya mengingat akan kejadian dua tahun lalu yang menimpa Tuti—tetangga sekaligus saudaranya—yang diamuk dan ditampar sekuat tenaga oleh ayahnya karena hamil di luar nikah. Padahal, saat itu juga ibunya menasihati Mira supaya tidak melakukan hal yang sama. Kata ibunya, itu sama saja dengan menimpakan kotoran ke muka ibunya. Mira saat itu tidak terlalu terbebani akan nasihat itu karena pikirannya adalah ia merupakan anak rumahan dan tidak berteman dekat dengan laki-laki. 

Namun itu dulu, saat ia masih mengenyam bangku SMA. Setelah SMA, ia bekerja di sebuah industri kecil di kota kecamatan. Kejadian itulah yang membuat Mira menjadi sering berinteraksi dengan banyak orang, termasuk mendekati laki-laki itu saat jam istirahat kerja. 

Tak ada lagi niat dari pelarian yang dilakukannya dengan penuh paksaan ini, selain untuk meninggalkan masalahnya yang amat kelam. Perjalanan yang dilakukan oleh dirinya ini sangat penuh paksaan dan tantangan. Ia sungguh menyesali kesalahan yang telah diperbuatnya. Andai saja pada waktu itu ia tak menyerahkan mahkotanya yang sangat berharga itu, ia pasti tak akan nekat untuk melarikan diri. 

Selama di bus, ia membayangkan perbuatannya sendiri. Jiwanya dipenuhi dengan marah, benci, dan dendam saat mengingat wajah laki-laki yang telah menanamkan benih di rahimnya. Laki-laki yang selalu melakukan apa saja demi bisa mendekatkan dirinya dengan Mira. Hingga membuat perempuan yang kuper itu menjadi luluh dan bergantung sepenuhnya kepada dia. Padahal, ia tahu kalau laki-laki itu sudah menjadi suami orang. Tapi tetap saja mereka menjalin hubungan terlarang.

Melihat wajahnya yang penuh sedu itu, membuat wanita yang duduk di sebelahnya menanyakan keadaannya. Untuk mengawali percakapan, wanita itu bertanya kepada Mira tentang tujuan kepergiannya. Namun, percakapan hanya berhenti begitu saja karena Mira tak kuasa menahan kesedihan dan ketakutannya. 

Penyakit lamanya—mabuk—mendadak kambuh selama bus meluncur membelah jalan. Tanpa berpikir dua kali, ia meminta kepada kernet bus untuk segera menghentikan laju bus dan turun dari kendaraan yang mengangkut penumpang banyak itu. Mira kemudian memuntahkan semua isi perutnya dan kemudian pingsan di pinggir jalan. 

Ternyata, wanita yang duduk di sebelahnya Mira tadilah yang menyelamatkannya. Mira yang tidak menyadarkan diri itu dibawa olehnya ke kediamannya untuk diberikan sebuah strip obat dan segelas air minum. Dan tak disangka lagi, ternyata wanita yang bernama Sarah itu adalah seorang dokter. Ucapannya juga bisa dipercaya, karena kini ia berada di sebuah klinik mungil yang terpisahkan oleh taman kecil dari rumah utama. 

Sudah dua minggu lamanya Mira menetap di rumah Bu Sarah. Selama ini juga ia hanya mendapati Bu Sarah, dua orang anaknya, dan seorang pembantu rumah tangga. Kata pembantunya, suaminya mengurus bisnisnya di luar kota, sehingga dua minggu sekali baru pulang ke rumah. Mira sendiri tak mau tahu lebih detail, karena itu bukan urusannya. 

Namun, hanya kegelapan yang bisa dilihat oleh Mira. Saat kedua matanya mendapati seorang laki-laki yang ke luar dari dalam mobilnya. Iya, ternyata suaminya dokter yang telah menolongnya selama ini adalah laki-laki yang sudah menghamilinya di luar nikah. 


Unsur Intrinsik:

1.    Tema

Cerita ini mengusung tema perselingkuhan. Suaminya Bu Sarah yang menjalin hubungan terlarang bersama Mira tanpa sepengetahuan istrinya. 

2.    Alur

Rangkaian peristiwa dalam cerita ini menggunakan alur campuran, atau maju-mundur. Di mana ceritanya Mira sedang berada di perjalanan dalam bus, tapi mengenang kekhilafan yang telah diperbuat selama ini. 

3.    Latar

-        Latar tempat: terminal, bus, rumah Bu Sarah

-        Latar suasana: Sedih, takut

4.    Sudut Pandang

Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu “aku”. Sehingga kita—sebagai pembaca—seolah-olah berada di dalam cerita tersebut.  

5.    Gaya bahasa

Tidak ada gaya bahasa atau majas yang ditemukan di sini. Namun, perasaan Mira dan latar yang digambarkan secara konkret membuat cerita ini tetap asyik dibaca dan dibuat penasaran untuk membacanya sampai selesai. 

6.    Tokoh dan Penokohan:

Berdasarkan wataknya:

Protagonis: Mira, Bu Sarah

Antagonis: Suaminya Bu Sarah

Tritagonis: Kenet bus, sopir, pengemis, orang tua Mira

 

Berdasarkan peranannya:

Tokoh utama: Mira

Tokoh pembantu: Bu Sarah, suaminya Bu Sarah

Tokoh figuran: kenet bus, sopir, pengemis, Tuti, orang tua Mira, orang tua Tuti.

 

7.    Amanat atau Pesan

-        Jangan karena kita kuper, lantas mengabaikan dunia luar yang begitu kejam. Kita juga harus peka, memperluas wawasan supaya bisa lebih waspada.

-        Jaga pergaulan, jangan terlalu dekat sama lawan jenis yang bukan mahram. Dan jangan gampang baper (bawa perasaan) oleh kebaikan yang dilakukan atau rayuan yang dilisankan oleh laki-laki non mahram.

-        Sebagai remaja yang masih membutuhkan bimbingan, perlu sekali untuk menguatkan iman, supaya tahan terhadap godaan dunia dan setan.

-        Jangan selingkuh. Selingkuh itu nikmatnya sementara, tapi penyesalannya selamanya.

-        Kalau bisa, belajar parenting sedari remaja, supaya tahu bahwa menjadi orang tua itu tidak semudah seperti yang dibayangkan. Butuh banyak kesiapan. Dari situlah baru muncul kesadaran kalau kita harus menuruti perkataan orang tua.

-        Mempelajari tarbiyah jinsiyah juga tak kalah penting.

 

 

Unsur Ekstrinsik

Latar Belakang Penulis:

Anisa Sustianing anggota komunitas ODOP batch 7, berdomisili Pemalang, Jawa Tengah.

 

Nilai-Nilai yang Terkandung:

1.    Nilai Agama

Kuatkan iman agar tidak goyah terhadap godaan dunia dan setan.

2.    Nilai Moral

Sebagai wilayah yang masih memegang teguh dengan nilai-nilai moral, hamil di luar nikah adalah hal yang memalukan, bagi diri sendiri dan keluarga yang berkaitan. 

3.    Nilai Sosial

1.    Jaga pergaulan, jangan terlalu dekat dengan laki-laki yang bukan mahram.

2.    Tolong-menolong dalam kebaikan itu indah. 

3.    Harus peka dan melek terhadap perkara yang ada di dunia luar


Related Posts

Posting Komentar