Deskripsi Cerita:
Pada suatu malam hari, Karina menceritakan kepada pamannya tentang
mimpinya bertemu dengan ibunya. Dalam mimpinya itu, Karina dibawakan kepada
sebuah taman yang terlihat indah. Katanya, ia sebelumnya tak pernah tahu tempat
itu. Lalu di tempat itu juga, ia bertemu dengan ibunya yang badannya lebih
berisi dan kulit wajahnya seputih susu. Namun, bukannya mendekat. Ibunya justru
menjauhi putrinya sendiri. Bahkan, dipanggil saja, ia tak mendengar.
Seperti ada energi kuat yang menarik Karina, ia pun akhirnya
tiba di halaman depan rumah. Pemandangan taman tadi telah sirna dari
pandangannya. Wajah ibunya yang tadinya bersih, itu sudah berubah menjadi lusuh
dan kumal. Kali ini, seorang wanita yang telah melahirkan Karina menyampaikan petuahnya
yang amat serius. Ibunya menyampaikan tentang empat hal yang bila dijalani
setiap hari, putrinya akan hidup tenang di dunia.
Saat menyampaikan petuahnya yang pertama, Karina tiba-tiba
berada di kamarnya yang serupa dengan kapal pecah. Lalu, ibunya meminta untuk
membersihkan tempat tidurnya sekarang, sebab jiwa yang baik berasal dan tempat
tinggal yang baik. Katanya, "Begitulah seharusnya kamu memulai hari.
Bersihkan yang terdekat denganmu, maka kamu akan bisa menyelesaikan urusan di
luar sana."
Setelah selesai yang pertama, kini ia berada di meja makan.
Di depan makanan, Ibunya menyampaikan petuahnya yang kedua, bahwa rezeki itu
adalah apa yang dimakan dan apa yang dipakai. Uang yang berada di dompet
ataupun di tabungan itu belum tentu rezeki milik Karina. Bisa jadi, itu adalah
rezeki milik penjual baju yang sangat diimpikan oleh putrinya karena Ramadan
tak lama lagi akan tiba.
Saat itu juga, secara tidak langsung ibunya meminta untuk
menghabiskan makanan yang ada di piringnya hingga bersih, tanpa ada sisa
sedikit pun. Katanya, selain butir yang tertinggal itu akan mendoakannya
sebagai orang yang mubazir, ia juga tidak tahu butir mana yang mengandung
berkah.
Kini, Karina berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya,
yaitu halaman belakang rumahnya. Di sini, ibunya menyampaikan tentang petuahnya
yang ketiga, yaitu belajar yang bersungguh-sungguh sebagai salah satu langkah
untuk membahagiakan orang tua. Sosok malaikat tak bersayap itu meminta buah
hatinya untuk menjadi orang yang berilmu dan berakhlak mulia.
Dan yang terakhir, dengan berlatarkan angkringan bambu yang
telah berubah menjadi musala, ibunya menyampaikan bahwa sesibuk apa pun urusan
dunia, jangan pernah melupakan Al-Qur’an. Sebab, ialah yang akan menjagamu ketika
mati nanti. Bawalah Al-Qur’an, baik di kala suka maupun duka.
Unsur Intrinsik:
1.
Tema
Tema yang diusung dalam cerita itu adalah tentang
kekeluargaan. Menceritakan tentang nasihat-nasihat berharga yang disampaikan
oleh ibu untuk putrinya.
2.
Alur
Rangkaian peristiwa dalam cerita ini
menyajikan alur maju-mundur. Di mana, seorang tokoh utama diajak untuk mengingat kembali apa saja wasiat yang disampaikan oleh ibunya sebelum menghembuskan
napas terakhirnya. Ia menceritakannya kepada pamannya di rumah peninggalan ibunya.
3.
Sudut Pandang
Cerita ini menggunakan sudut pandang orang
pertama, yaitu “aku”. Dalam cerita ini, penulis seolah-olah menjadi pelaku
utama dalam cerita ini.
4.
Latar
a.
Latar Tempat
Latar tempat saat Karina bercerita kepada pamannya adalah rumah ibunya.
Latar tempat saat ibunya menyampaikan petuah
adalah taman, halaman depan rumah, kamar Karina, ruang makan, dan angkringan
bambu yang sudah berubah wujud menjadi musala.
b.
Latar Waktu
Latar waktu saat Karina menceritakan adalah malam hari. Latar waktu saat ibunya
menyampaikan petuah adalah sejak pagi hari hingga sore hari.
c.
Latar Suasana
Sedih dan terharu.
5.
Gaya Bahasa
Setiap objek dalam cerita ini digambarkan
secara detail, sehingga membuat pembaca seolah-olah terbawa dalam suasana pada
saat membacanya. Gaya bicara seorang ibu juga kelihatan asli, seolah-olah tengah
menyampaikan nasihat terakhirnya.
6.
Tokoh dan Penokohan
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Karina
dan ibunya. Sedangkan tokoh pendukungnya adalah pamannya Karina, karena pamannya
hanya mendengarkan cerita dari Karina. Kak Seto dan ayah Karina adalah tokoh
pembantu karena hanya dituliskan sekali dua kali dalam cerita itu.
7.
Amanat
a.
Urusan di luar tidak akan selesai, selagi urusan
terdekat masih terbengkalai.
b.
Syukuri rezeki yang telah Allah beri. Tak peduli
meskipun kelihatannya sederhana.
c.
Kasih sayang ibu kepada anaknya sepanjang masa,
sedangkan kasih sayang anak kepada ibunya sepanjang galah.
d.
Sesibuk apa pun kita dengan dunia, jangan lupa
membaca Al-Qur’an meskipun satu hari satu ‘ain.
Unsur Ekstrinsik:
1.
Latar Belakang Penulis:
Namanya Arinal Haq, seorang mahasiswi biologi
yang juga menyukai literasi. Anggota ODOP batch 8 itu saat ini berdomisili di Jember,
Jawa Timur.
2.
Nilai-Nilai yang Terkandung:
a.
Nilai Agama
Jangan melupakan urusan akhirat meskipun urusan di dunia memadat.
b.
Nilai Moral
Setinggi
apa pun ilmu yang kita miliki, tidak akan ada apa-apanya jika tidak berakhlak
mulia.
Bagus banget mel ulasannya. Keren. Semangat terus mel.
BalasHapusTencu kak, semangat juga untuk kakak
BalasHapus