Ulasan Cerpen Petuah Ibu

2 komentar


Cerita pendek yang berjudul Petuah Ibu ini adalah buah karya Arinal Haq, anggota komunitas ODOP batch 8. Salah satu cerpen yang dimuat di rubrik lakon ngodop.com ini menceritakan tentang seorang anak yang mengingat beberapa nasihat terakhir ibunya sebelum menghembuskan napas terakhirnya. 


Deskripsi Cerita:

Pada suatu malam hari, Karina menceritakan kepada pamannya tentang mimpinya bertemu dengan ibunya. Dalam mimpinya itu, Karina dibawakan kepada sebuah taman yang terlihat indah. Katanya, ia sebelumnya tak pernah tahu tempat itu. Lalu di tempat itu juga, ia bertemu dengan ibunya yang badannya lebih berisi dan kulit wajahnya seputih susu. Namun, bukannya mendekat. Ibunya justru menjauhi putrinya sendiri. Bahkan, dipanggil saja, ia tak mendengar.

Seperti ada energi kuat yang menarik Karina, ia pun akhirnya tiba di halaman depan rumah. Pemandangan taman tadi telah sirna dari pandangannya. Wajah ibunya yang tadinya bersih, itu sudah berubah menjadi lusuh dan kumal. Kali ini, seorang wanita yang telah melahirkan Karina menyampaikan petuahnya yang amat serius. Ibunya menyampaikan tentang empat hal yang bila dijalani setiap hari, putrinya akan hidup tenang di dunia.

Saat menyampaikan petuahnya yang pertama, Karina tiba-tiba berada di kamarnya yang serupa dengan kapal pecah. Lalu, ibunya meminta untuk membersihkan tempat tidurnya sekarang, sebab jiwa yang baik berasal dan tempat tinggal yang baik. Katanya, "Begitulah seharusnya kamu memulai hari. Bersihkan yang terdekat denganmu, maka kamu akan bisa menyelesaikan urusan di luar sana."

Setelah selesai yang pertama, kini ia berada di meja makan. Di depan makanan, Ibunya menyampaikan petuahnya yang kedua, bahwa rezeki itu adalah apa yang dimakan dan apa yang dipakai. Uang yang berada di dompet ataupun di tabungan itu belum tentu rezeki milik Karina. Bisa jadi, itu adalah rezeki milik penjual baju yang sangat diimpikan oleh putrinya karena Ramadan tak lama lagi akan tiba.

Saat itu juga, secara tidak langsung ibunya meminta untuk menghabiskan makanan yang ada di piringnya hingga bersih, tanpa ada sisa sedikit pun. Katanya, selain butir yang tertinggal itu akan mendoakannya sebagai orang yang mubazir, ia juga tidak tahu butir mana yang mengandung berkah.

Kini, Karina berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya, yaitu halaman belakang rumahnya. Di sini, ibunya menyampaikan tentang petuahnya yang ketiga, yaitu belajar yang bersungguh-sungguh sebagai salah satu langkah untuk membahagiakan orang tua. Sosok malaikat tak bersayap itu meminta buah hatinya untuk menjadi orang yang berilmu dan berakhlak mulia.

Dan yang terakhir, dengan berlatarkan angkringan bambu yang telah berubah menjadi musala, ibunya menyampaikan bahwa sesibuk apa pun urusan dunia, jangan pernah melupakan Al-Qur’an. Sebab, ialah yang akan menjagamu ketika mati nanti. Bawalah Al-Qur’an, baik di kala suka maupun duka.


Unsur Intrinsik:

1.      Tema

Tema yang diusung dalam cerita itu adalah tentang kekeluargaan. Menceritakan tentang nasihat-nasihat berharga yang disampaikan oleh ibu untuk putrinya.

2.      Alur

Rangkaian peristiwa dalam cerita ini menyajikan alur maju-mundur. Di mana, seorang tokoh utama diajak untuk mengingat kembali apa saja wasiat yang disampaikan oleh ibunya sebelum menghembuskan napas terakhirnya. Ia menceritakannya kepada pamannya di rumah peninggalan ibunya.

3.      Sudut Pandang

Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu “aku”. Dalam cerita ini, penulis seolah-olah menjadi pelaku utama dalam cerita ini.

4.      Latar

a.      Latar Tempat

Latar tempat saat Karina bercerita kepada pamannya adalah rumah ibunya. Latar tempat saat  ibunya menyampaikan petuah adalah taman, halaman depan rumah, kamar Karina, ruang makan, dan angkringan bambu yang sudah berubah wujud menjadi musala.

b.      Latar Waktu

Latar waktu saat Karina menceritakan adalah malam hari. Latar waktu saat ibunya menyampaikan petuah adalah sejak pagi hari hingga sore hari.

c.       Latar Suasana

Sedih dan terharu.

5.      Gaya Bahasa

Setiap objek dalam cerita ini digambarkan secara detail, sehingga membuat pembaca seolah-olah terbawa dalam suasana pada saat membacanya. Gaya bicara seorang ibu juga kelihatan asli, seolah-olah tengah menyampaikan nasihat terakhirnya.

6.      Tokoh dan Penokohan

Tokoh utama dalam cerita ini adalah Karina dan ibunya. Sedangkan tokoh pendukungnya adalah pamannya Karina, karena pamannya hanya mendengarkan cerita dari Karina. Kak Seto dan ayah Karina adalah tokoh pembantu karena hanya dituliskan sekali dua kali dalam cerita itu.

7.      Amanat

a.      Urusan di luar tidak akan selesai, selagi urusan terdekat masih terbengkalai.

b.      Syukuri rezeki yang telah Allah beri. Tak peduli meskipun kelihatannya sederhana.

c.       Kasih sayang ibu kepada anaknya sepanjang masa, sedangkan kasih sayang anak kepada ibunya sepanjang galah.

d.      Sesibuk apa pun kita dengan dunia, jangan lupa membaca Al-Qur’an meskipun satu hari satu ‘ain.

 

Unsur Ekstrinsik:

1.      Latar Belakang Penulis:

Namanya Arinal Haq, seorang mahasiswi biologi yang juga menyukai literasi. Anggota ODOP batch 8 itu saat ini berdomisili di Jember, Jawa Timur.

2.      Nilai-Nilai yang Terkandung:

a.      Nilai Agama

Jangan melupakan urusan akhirat meskipun urusan di dunia memadat.

b.      Nilai Moral

Setinggi apa pun ilmu yang kita miliki, tidak akan ada apa-apanya jika tidak berakhlak mulia.  

 

 

 

Related Posts

2 komentar

Posting Komentar