46 hari di kampung halaman, menyematkan pelajaran-pelajaran penting. Dalam kurun waktu satu setengah bulan, cukup memberikanku pengalaman yang mengesankan. Kesan di sini maksudnya bukan melulu tentang keindahan. Bahkan kesedihan pun bisa menjadi kesan yang tidak dapat dilupakan.
Sebelum menikmati masa-masa liburan, cukup banyak ekspektasi yang terlukiskan dalam benak. Gambaran-gambaran ini pun tercipta tatkala merasa lelah berada di dunia kuliah.
"Ntar lah, pas liburan aku akan mengerjakannya."
"Nanti saja deh, kalau sudah tidak kuliah baru bisa fokus."
"Aku akan melakukan perbaikan gizi di saat pulang kampung nanti."
Nahasnya, ekspektasi ini membunuhku. Realita tak sejalan seperti apa yang ku mau. Kenyataannya, lingkungan amat berlawanan dengan yang jalur yang kutuju.
Semuanya saja seperti kehidupanku di sana. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Dari situlah kesadaran akan bersyukur ini terbentuk. Menyadari bagaimana pun kondisi hari yang akan dilalui. Baik suka maupun duka.
Mensyukuri dengan memaksimalkan masa yang dimiliki. Tidak menunda perkara yang ada di depan mata, lakukan segera dengan fokus, tanpa gangguan mana pun.
46 hari menyadariku bahwa kesempatan studiku ini tak lama, tapi tak sebentar jua. Aku tak boleh terus-terusan melakukan perbuatan sia-sia. Prinsip berpikir sebelum bertindak harus dicamkan dalam kepala.
Dear me, please maximize your opportunity with the best. Because it cannot replay in second, except with the different time. Please, remember this. You only have one duty, please focus on it. Do not distract with something who is useless.
Posting Komentar
Posting Komentar