Kita adalah pengendali bagi diri kita sendiri. Kitalah yang berhak dan berkewajiban sepenuhnya dalam memegang andil bagi diri kita. Bukan orang lain atau faktor luar lainnya. Bahkan ada pepatah yang mengatakan “Cintailah dirimu sendiri sebelum kamu mencintai orang lain.”
Self love atau dalam Bahasa Indonesianya berarti mencintai diri sendiri. Dalam konteks ini, kita mencintai semua hal yang ada pada diri kita, baik kelebihan maupun kekurangan diri, kejadian yang ada di masa lalu maupun saat ini, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan diri kita. Implementasi dari self love dapat berupa menerima dan mengapresiasi proses yang telah dilalui, fokus dengan apa yang kita miliki pada saat ini, memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri, dan tidak menggantungkan kebahagiaan pada benda atau orang lain selain Allah. Karena sejatinya, kebahagiaan itu muncul saat kita dekat dengan-Nya dan mampu menciptakan kebahagiaan untuk kita sendiri.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan agar kita tidak haus pujian dari orang lain adalah dengan menuliskan kekuatan dan keunikan yang kita miliki. Setelah itu, coba menuliskan apa saja kebahagiaan yang pernah didapatkan.
Self love juga merupakan perwujudan dari mensyukuri ciptaan Allah subhanahu wa taala, yang mana Ia telah menciptakan kita—sebagai manusia—dalam bentuk yang sempurna (Surah At-Tin ayat 4). Mencintai diri dengan penuh kesadaran adalah bagian dari cara kita mencintai Allah subhanahu wa taala sebagai al-Khaliq. Semakin kita mencintai yang menciptakan kita—Allah—maka kita akan semakin mudah untuk mencintai apapun yang ada pada diri kita.
Self love bukan berarti selfish atau egois. Perbedaan antara keduanya memang tidak berbeda jauh. Namun, ada perbedaan-perbedaan yang tampak dari keduanya, salah satunya dalam menerima kritikan. Orang yang mencintai dirinya sendiri dengan senang hati akan menerima kritikan yang membangun dari orang lain. Hal ini akan dijadikan sebagai bahan evaluasi sekaligus introspeksi diri. Sementara orang yang egois cenderung enggan menerima kritikan dan percaya jika hanya pendapat dialah yang paling benar.
Pada prosesnya, sifat selfish menunjukkan bahwasanya ia tidak peduli dengan orang lain. Namun, self love sebaliknya. Ia akan memenuhi kebahagiaannya terlebih dahulu agar dapat memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Mereka percaya sejatinya amal yang telah ia lakukan juga menjadi amal untuk dirinya sendiri. Pernyataan ini juga sesuai dengan kalamullah Surat Al-Isra’ ayat 7 yang artinya, “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”
Memaafkan Diri Sendiri, Apakah Perlu?
Source: Freepik
Memaafkan diri sendiri juga bagian dari cara kita mencintai diri sendiri. Mengutip dari kutipan yang disampaikan oleh Mahatma Gandhi, Bapak Kemerdekaan India yaitu “The weak can never forgive, forgiveness is the attribute of the strong.” Implementasi dari memaafkan diri sendiri adalah dengan menjalani hari-hari kita dengan senang hati dan kenyamanan meskipun sebenarnya hidup sedang berat dan berada dalam ketidaknyamanan. Tanamkan dalam hati bahwasanya semuanya baik-baik saja dan kesedihan itu hanya sementara.
Berdamai dengan masa lalu juga merupakan salah satu langkah memaafkan diri. Sebagai individu yang ingin memiliki growth mindset, penting sekali untuk move on dari masa lalu. Faktor-faktor yang membuat kita sulit move on adalah terlalu sering menyalahkan diri sendiri dan tidak mengambil tindakan apa-apa. Maka, dengan berdamai dengan masa lalu, kita akan menuliskan apa saja yang menjadi kesalahan dan kegagalan di masa lalu, kemudian belajar untuk memakluminya agar kemudian bisa memaafkan dan mengambil ibrah dari setiap kesalahan yang telah diperbuat.
Self Love Bukan Berarti Bermalas-Malasan
Jangan jadikan self love sebagai alasan untuk tidak produktif. Justru self love seharusnya menjadi alasan untuk produktif karena kita siap dan bersedia untuk bangkit menjadi lebih baik atas kritikan, saran, dan kekurangan yang telah kita terima pada diri kita. Dengan mencintai diri sendiri, maka kita akan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana yang dapat memberikan kebahagiaan pada diri kita, yaitu seperti berikut.
Makan makanan yang bergizi dan bernutrisi seimbang.
Olahraga teratur.
Menulis jurnal syukur.
Berdialog positif dengan diri sendiri. Dialog ini dapat dituangkan alam bentuk lisan, tulisan, lukisan, maupun rekaman.
Belajar hal baru yang positif setiap hari.
Mengurangi screen time untuk meningkatkan kesehatan mental.
Self Love ≠ Menjadi Diri yang “Apa Adanya”
Mencintai diri sendiri bukan berarti menjadi pribadi yang apa adanya. Namun, menjadi diri yang terbaik versi diri sendiri. Jangan segan untuk mengambil istirahat sejenak. Jangan lupa memberikan waktu untuk istirahat supaya bisa memantulkan diri lebih tinggi.
Jangan membohongi dirimu sendiri. Jangan berpura-pura untuk terlihat sedang baik-baik saja. Menjadi apa adanya berarti pasrah tidak berpikir dan berusaha. Namun, menjadi diri yang terbaik versi kita akan menjadikan kita untuk tetap berusaha dan percaya bahwasanya setiap orang memiliki jalan yang berbeda. Ia juga percaya bahwa menjadi tidak sempurna adalah hal yang manusiawi.
Ambil pelajaran dari setiap kegagalan. Pikiran kita harus kita latih untuk berpikir positif, karena apabila kita tidak melatih pikiran kita untuk selalu positif, maka perilaku kita juga tidak akan terlatih untuk selalu positif.
Last but not least, mencintai diri sendiri bukan keputusan yang ujug-ujug. Butuh proses demi proses dan tidak ada ujungnya. Peran support system juga penting dalam menyokong proses self love. Cari dan ciptakanlah lingkungan yang dapat membantu melihat sisi baik dan buruk pada diri kita. Maka poin pentingnya adalah mencintai diri sendiri sangat penting agar kita bisa mencintai orang lain dengan tulus.
Sumber Referensi:
https://www.gramedia.com/best-seller/cara-mencintai-diri-sendiri/
Posting Komentar
Posting Komentar