Source: Freepik
Empat hari yang lalu menjadi tamparan yang amat menyelekitkan. Tragedi ini ini menjadi teguran bagiku yang selama ini masih saja melanggar dosa. Ya, walau sudah tahu salah dan sudah berkali-kali tobat minta maaf, aku masih saja melakukan perbuatan yang nista itu.
Sedih dan kecewa adalah ekspresi pertamaku pada saat itu. Perasaanku dapat diilustrasikan layaknya kaca yang terajam. Meski begitu, aku mencoba untuk tidak membiarkan air mata ini turun. Sebab, air mata itu hanyalah sia-sia. Semuanya sudah terlanjur, bak nasi telah menjadi bubur. Lagipula, tidak seharusnya batinku menangisi perihal orang asing.
Beberapa jam kemudian, di saat aku ingin memutar podcast untuk menemani kesepianku dalam menulis, tiba-tiba ponselku menampilkan sebuah ceramah dari Ustadzah Halimah Alaydrus tentang jangan membenci orang. Isi dari ceramah ini pula mengingatkanku tentang ceramahnya waktu di Kijang tentang menjadi Wanita yang Mulia. Salah satu tips untuk menjadi Wanita yang Mulia adalah bersihkan hatinya. Ini pula yang menjadi poin yang sangat penting.
“Jangan biarkan hatimu membenci siapapun. Siapa yang belum kamu maafkan? Maafkanlah, demi kemuliaanmu sendiri. Sesungguhnya Allah melihat hati siapa yang bersih.” - Ustadzah Halimah Alaydrus
Tidak membenci orang yang telah mengecewakanku adalah sebuah prinsip yang harus tertanam pada hatiku. Evaluasi diri sendiri, bahwasanya urusan di dunia ini dikategorikan menjadi dua hal. Pertama, urusan yang bisa kita urus. Kedua, urusan yang tidak bisa kita urus.
Kita tidak bisa mengurus bagaimana sikap orang lain terhadap kita. Iya, dia baik. Tapi tidak selamanya. Dia juga punya hati yang bisa berubah-ubah. Dia juga punya urusan atau problematika sehingga akan mengabaikan kita.
Dalam persoalan ini, kita sebagai manusia pasti akan menjawab persoalan ini. Naluri responsif yang sudah Allah berikan bertujuan untuk mengurus urusan yang dapat kita urus. Contohnya, kalau berdasarkan persoalan tadi, berarti kita harus pandai-pandai mengontrol perasaan dan pikiran kita disaat sedang dihadapi kekecewaan.
Menerapkan syariat dalam pergaulan adalah langkah yang harus kutempuh untuk menghindari terjadinya kesalahan yang kedua kali. Kalau kata Ustadzah Halimah, letakkan Allah dalam hatimu dan biarkan Allah yang bertahta di hatimu. Konsep ini juga bisa dikaitkan dalam keseharianku. Karena dengan meletakkan Allah di dalam hati, aku seharusnya takut jika melakukan dosa. Ataupun hatiku setidaknya harus tenang di setiap situasi, karena ada Allah yang selalu membersamai.
“Letakkan Allah dalam hatimu dan biarkan Allah yang bertahta di hatimu.” - Ustadzah Halimah Alaydrus
Terima kasih dunia,
Telah mengajarkanku untuk tidak menggantungkan harapan kepada siapapun kecuali kepada Allah.
Terima kasih dunia,
Telah mengajarkanku bagaimana caranya ikhlas dalam menjalani kehidupan. Karena ada hikmah dibalik suka dan duka yang telah engkau berikan.
Terima kasih dunia,
Telah menyadarkanku untuk tetap sanggup berdiri di atas titian takdir dan goncangan angin yang menghunjam.
Bonus: Potret nasihat terbaik dari Allah yang dititipkan melalui orang baik.
Posting Komentar
Posting Komentar