Materi Retorika dan Public Speaking - Kelas Intensive Belajar Bareng

Posting Komentar
Senin malam kemarin, saya mendapatkan ilmu yang mendaging tentang public speaking dari Coach Made. Nama lengkapnya I Made Kertayasa, seorang produser berita TVRI Kaltim, co-founder sekaligus master trainer di Semesta Academy. Beliau mengawali materinya dengan membagikan kisah pribadinya yang menurut saya menarik dan inspiratif.

Pembuka

Ternyata, coach dulunya juga takut untuk memulai pembicaraan, menyapa, dan sekadar menjawab pertanyaan dari orang lain. Kalau kata orang, introvert. Namun karena keinginannya untuk bertumbuh, ia akhirnya memutuskan untuk keluar dari cangkangnya. Karena tubuhnya yang paling tinggi pada saat itu, coach Made dipilih menjadi pemimpin upacara saat kelas tiga SD. Ia pun memberanikan diri untuk menerima kesempatan itu.

Selama perintisan, prosesnya tidak bisa dibilang mulus. Ia menemukan kesalahan-kesalahan. Namun, pengalaman itu tidak menyurutkan semangatnya untuk terus belajar. Ia menjadi ketua kelas, ketua osis, dan keaktifan itu berlanjut hingga kuliah. Sampai-sampai diri ini sempat merasa minder banget kalau dibandingkan dengan aku yang baru belajar public speaking di bangku kuliah. Tapi engga apa-apa deh, nggak ada kata terlambat selagi napas masih tertambat. Toh kita juga tidak bisa menggali masa lalu lagi. Kita hanya punya masa kini. Jadi, fokus kita hanyalah memaksimalkan hari ini supaya bisa lebih baik dari kemarin. Karena sejatinya kita sedang berkompetisi dengan diri sendiri di masa lalu.

Inti

Coach Made bilang, kalau pikiran kita mengatakan semangat, maka tubuh kita juga akan ikut semangat. Jadi, ketika kita memutuskan untuk belajar public speaking kita harus melalui tahap dipaksa, terpaksa, dan terbiasa. Afirmasi positif yang selalu beliau sematkan adalah speak with power and confidence.

Back to the topic, singkatnya retorika adalah seni berbicara. Sedangkan public speaking adalah berbicara di depan umum secara efektif dan efisien. Dikatakan efektif dan efisien karena public speaking itu memadukan seni, ilmu, keterampilan, dan penjiwaan. Jadi menurutnya, hubungan antara kedua istilah tersebut adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.

Pada akhirnya, belajar public speaking itu sebenarnya hanya butuh menguasai ethos, pathos, dan logos. Tiga hal itu merupakan teori yang diterapkan oleh Aristoteles. Dan tentunya tidak boleh dipisahkan. Berikut penjelasannya.

1. Ethos

Ethos berhubungan dengan kredibilitas seorang pembicara. Kredibilitas dibangun dengan dua hal, yakni menjawab why me? dan memperhatikan aspek komunikasi nonverbal.

a. Why me?

Mengapa harus aku yang menyampaikan ini? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan menampilkan kisah sukses kita, track record atau pengalaman kita, apa kata orang tentang kita, dan barangkali bisa berupa title atau gelar. Ini dapat kita bangun dengan menampilkan CV, skill, atau personal branding di media sosial. Buat terus saja konten, walaupun yang like tidak banyak.

b. Aspek Komunikasi Nonverbal

Mayoritas orang akan memperhatikan penampilan dari seorang speaker. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk visual. Oleh karena itu, kita juga harus memperhatikan eye contact (fokuskan ke audiens, bukan ke slide powerpoint ataupun ke bawah), body language, variasi vokal, dan poise atau ketenangan.

2. Pathos

Pathos ini berkaitan dengan bagaimana membangun hubungan dengan audiens, artinya itu berkaitan dengan emosional. Bagaimana caranya kita sebagai pembicara membangun kedekatan dengan audiens? Maka coach Made mengatakan kalau kita mau diperhatikan audiens, kita juga harus mau memperhatikan audiens kita. Kemudian, kalau kita mau audiens percaya sama kita, kita juga harus percaya dengan diri kita. Inilah alasan mengapa percaya diri adalah kunci.

3. Logos

Tips terakhir, tapi menduduki posisi terpuncak dari dua hal tadi adalah logos. Logos ini berkenaan dengan logika. Logos adalah pesan atau materi yang akan disampaikan. Ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang pembicara, maka kita juga harus memiliki basis data atau database dalam otak. Cara memiliki database di dalam otak adalah dengan tiga hal, yaitu.
a. Membaca buku atau menonton YouTube atau membaca postingan sosmed yang pastinya bermanfaat.
b. Mendengarkan orang yang berbicara.
c. Berdiskusi dengan orang-orang.

Logos ini berkenaan dengan logika. Jadi pastikan ketika kita berbicara, ada pesan yang ingin disampaikan.

Kata coach, ada proses-proses untuk menguasai keterampilan ini. Proses tersebut dikenal dengan istilah 3M, yaitu
a. Memikirkan
b. Mengulang
c. Menguasai
Yang baru diterapkan pada Senin malam kemarin adalah memikirkan. Maka, setelahnya adalah mengulang. Pada bagian ini akan terjadi sinkronisasi antara otak dan otot. Maka tidak apa-apa kalau salah, yang penting tidak menyerah.

Coach Made juga menceritakan tentang kisah pribadinya bahwa memiliki kemampuan berbicara di depan orang banyak tuh memang se powerful itu. Sampai-sampai beliau pernah sampai dimintai oleh dosennya untuk mengajarkan public speaking ke dosennya. Maka pada saat itu, ia mengatakan pada dosennya untuk membuat video secara one day one video one minute (satu hari satu video dengan durasi satu menit).

Kunci kesuksesan dalam melakukan apapun itu dirangkum oleh coach menjadi 3C, yaitu
1. Competency
2. Communication
3. Confidence
Bonus: Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan.


Ketika ditanya tentang tips membuat konten yang menarik ala coach Made, beliau tidak memiliki tips yang wah kecuali tips-tips berikut.
1. Ada ide langsung eksekusi.
2. Membuat konten. Inilah teknik public speaking yang powerfull. Bagaimana cara membuat konten?
a. Bisa dengan praktikkan di depan orang, di depan kamera, atau di depan cermin. 
b. Kalau dipraktikkan di depan kamera, maka rekamlah. Meskipun awalnya kita merasa malu atau geli dengan suara kita sendiri, tapi kita harus menepis perasaan itu. Karena kalau kita sendiri malu, bagaimana dengan audiens yang lihat.


Sebelum hebat berkomunikasi ke orang lain, kita harus hebat berkomunikasi dengan diri sendiri terlebih dahulu. Istilahnya adalah self talk. Karena sebenarnya, kemampuan ini tuh bukan hanya berkomunikasi dengan orang lain. Tapi juga ke diri sendiri. Namun biasanya, kita sering self talk yang negatif ke diri sendiri ketika ngebandingin hidup kita dengan orang lain. Maka caranya selain berhenti membandingkan dengan orang lain, coach juga memiliki lima cara yang disingkat dengan CRAFT.
1. Cancel
2. Replace
3. Affirmation (positive), yang tidak sama dengan motivasi
4. Focus pada hal-hal positif
5. Training, maksudnya lakukan hal-hal yang baik.

Penutup

Kata Aristoteles, seorang filsuf Yunani yang dijuluki sebagai Bapak Retorika bahwa “Ini bukan kehebatan, tapi kebiasaan. Kita adalah apa yang kita lakukan secara berulang-ulang setiap kali.” Kutipan dari Confusius juga berkata bahwa, "Tahu tapi tidak melakukan sama saja tidak tahu". Begitu juga dengan closing statement dari Kak Olin dan Kak Shafa "Jangan lelah untuk terus belajar. Semangat kita!" 

Kutipan yang diungkapkan oleh mereka bisa menjadi pemantik bagi kita untuk senantiasa belajar, khususnya dalam hal public speaking. Semoga ilmu yang mereka berikan kemarin bisa aku implementasikan, paling tidak dari hal kecil, sekecil menyapa orang setiap kali bertemu.

Semoga bermanfaat!

Related Posts

Posting Komentar