Cerita Pertamaku yang Masuk Koran Solopos - Duh Si Abang

Posting Komentar
Rasanya sudah 21 hari aku tidak menulis di blog ini. Karena engga tahu mau nulis apa tapi pengen banget bikin tulisan di sini, jadi aku memutuskan untuk menuliskan kembali tulisanku yang sebelumnya sudah lolos di koran Solopos. Engga ada niat mau pamer loh ya. Ini semata-mata karena ingin mengapresiasi perjuangan diri sendiri meskipun belum seberapa. Semoga next kamu bisa lebih rajin nulis ya mel…

Oh iya, sebelumnya aku mau ngucapin terima kasih ke bestieku yang namanya Ceysha. Cerita ini berasal dari kisah nyatanya yang menurut kami tuh lucu. Makasih ya sha, sudah mau jadi bahan ceritaku untuk tugas OTM (ODOP Tembus Media) kemarin. Alhamdulillah, ceritamu tembus sampai koran ternama.

Terima kasih juga untuk tim ODOP, khususnya tim OTM yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengembangkan skill kepenulisan sekaligus menambah penghasilan, muehehe.

Hari Pertama Kuliah

Ini adalah hari pertamanya Lady pergi ke kampus. Setelah satu setengah bulan lamanya ia mengikuti Pembinaan Latihan (BINLAT) Atlet di Jakarta, baru kali ini ia bisa mengikuti perkuliahan setelah izin sampai enam kali pertemuan.
Sebagai mahasiswi baru yang tidak mengikuti PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru), menyapa orang yang tidak kenal menjadi langkah yang bisa Lady lakukan supaya bisa berkenalan dengan teman-teman satu fakultasnya. Perempuan yang berawak tinggi besar dan berkacamata itu berusaha SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) kepada setiap orang yang berpapasan dengannya.

Pada hari ketiga, saat Lady sedang berjalan mencari ruangan yang hendak dituju, ia bertemu dengan seorang cowok yang tingginya kurang lebih setara dengannya. Namun, kali ini bahunya lebih tegap dan umurnya juga terlihat lebih tua. “Mungkin dia kating,” gumamnya. Hanya bermodal percaya diri, ia memberanikan diri untuk menyapa cowok tersebut terlebih dahulu.

“Pagi bang,” sapa Lady menyeringai ramah.

“Ehh ya, pagi.” Cowok itu meresponnya dengan tidak kalah ramah juga. Perasaan perempuan atlet panahan itu menjadi senang. Bukan senang karena suka. Melainkan senang karena direspon seramah itu padahal ia tidak kenal itu siapa.

Beberapa hari kemudian, saat Lady, Gendhuk, Tom, dan Jon sedang duduk menunggu mata kuliah berikutnya di kursi depan kelas. Tanpa sengaja, cowok itu menghampiri mereka dan bertanya, “Kalian masih ada MK?”. Muka Tom, Jon, dan Gendhuk mendadak aneh. Lady bingung, mengapa muka sahabat-sahabatnya itu tiba-tiba dingin dan sepi.

Karena sepi, Lady akhirnya menjawab dengan enteng, “Ada, jam 1 nanti.” Tanpa ada embel-embel apa pun di belakangnya, seperti pak, bang, ataupun mas. Setelah dijawab, cowok itu pun lewat begitu saja meninggalkan mereka. Belum sampai satu meter jauhnya, Gendhuk tiba-tiba mencubit bahu kanannya Lady yang gempal. Tom dan Jon pun mendadak ribut hingga memecahkan keheningan dan kedinginan suasana tadi.

“Kalian kenapa sih? Memangnya abang itu siapa? Ketua BEM?” Lady bertanya dengan raut lugunya yang tidak tahu apa-apa. Sahabat-sahabatnya menatap Lady dengan sorotan mata yang tajam dan wajah murungnya. Gendhuk kemudian berkata, “Itu Bapak Dekan Fakultas kita.”

Semenjak saat itu, setiap kali jika ada peluang untuk berpapasan lagi dengan Pak Dekan, Lady selalu mencari jalan putar sejauh mungkin. Asli, malu.



Tulisan ini telah diterbitkan di Koran Solopos pada tanggal 5 Oktober 2023 dengan sedikit perubahan. Judul cerita yang telah diterbitkan berubah menjadi "Duh Si Abang".


Related Posts

Posting Komentar