Setelah memahami diri dan mengerti makna passion, bab berikutnya adalah merancang bagaimana alur hidup kita. This is my favorite part. Di sini aku akan rewrite nasihat dari penulis mengenai bab ini.
“Ada musim untuk segala sesuatu. Ada musim menabur, ada musim menuai. Proses dihadirkan sebagai bagian dari perjalanan. Bukan untuk dilompati, tapi dinikmati.” - halaman 98Terdapat tiga musim yang dilewati oleh setiap insan. Ada musim benih yang ditujukan untuk usia 20-an, musim pertumbuhan yang diperuntukkan bagi usia 30-an, dan musim matang yang menggambarkan usia 40-an. Jadi, jangan kaget jika banyak kesulitan yang hadir di usia 20-an. Karena sebenarnya mereka hadir untuk membentuk dan mempersiapkan diri kita supaya layak bersanding dengan orang-orang terbaik di musim 30-an. Maka, solusi untuk menghadapi musim 20-an adalah menikmati prosesnya.
“You should be taking your riskiest bet, working the hardest, and investing the most in yourself in your twenties.” – halaman 100
BERSAHABAT DENGAN GAGAL
Bagaimana cara menghadapi kegagalan?Jawabannya hanya satu, yaitu benahi mindset kita. Inilah yang diterapkan oleh Fellexandro Ruby sebagai penulis dalam buku ini. Ketika ia membenahi mindset-nya, hal-hal yang orang sebut kegagalan malah dia anggap sebagai persiapan. Justru ketika ia gagal, ketika ia salah, ia jadi belajar cara yang benar untuk melakukan sesuatu.
Down? Iya. Capek? Pasti. Berhenti? Engga dong.
Sama seperti yang dikatakan oleh seniorku ketika aku menduduki bangku SMA. Sebenarnya yang paling kita sesali bukanlah gagal karena mencoba, tapi gagal karena engga pernah mencoba sama sekali. Rasa takut gagal juga banyak membuat kita kalah sebelum bertanding. Padahal kalau ikut tanding, kita punya kesempatan 50:50 untuk menang. Tapi kalau engga ikutan, sudah pasti 100% kalah.
Ada banyak hal dalam hidup yang membutuhkan proses. Termasuk gagal yang merupakan bagian dari proses itu sendiri. Karena dibalik gagal, ada pembelajaran yang kita dapatkan.
Bertumbuh bukan berarti harus selalu berhasil
Bertumbuh bukan berarti menjauhi kegagalan
Bertumbuh adalah belajar dari semua situasi, baik keberhasilan maupun kegagalan
GROWTH MINDSET VS FIXED MINDSET
“I don’t divide the world into the weak and strong, or the success and the failures, I divide the world into the learners and non-learners.” – halaman 216Growth mindset dan fixed mindset merupakan jawaban dari mindset setiap orang dalam menghadapi kegagalan. Bagaimana responsmu ketika dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut? Termasuk kategori manakah kamu?
Dari tabel tersebut, dapat kita simpulkan bahwa anak yang memiliki pola fixed mindset bakal memilih opsi yang aman dan pasti berhasil. Sebab ia beranggapan bahwa anak cerdas harus selalu berhasil sehingga ia lebih takut terlihat bodoh.
Sementara anak yang memiliki growth mindset akan merasa bahwa tantangan adalah cara mereka bertumbuh. Kalaupun nantinya gagal, ia akan menganggap bahwa ini adalah bagian dari pembelajaran.
Sehingga, dengan memiliki growth mindset¸ mereka tidak akan keberatan jika harus mengeluarkan usaha lebih untuk mencapai segala sesuatu. Mereka juga tidak akan takut terlihat bodoh sesaat, karena mereka akan berpendapat, “Selagi aku belajar sesuatu yang baru, itu tandanya aku sedang bergerak maju.” Growth mindset akan mengantarkan kita pada keyakinan bahwa skill, pengetahuan, dan jaringan bisa dikerjakan dan dikembangkan kalau kita menginvestasikan waktu dan tenaga di dalamnya.
Posting Komentar
Posting Komentar