Ceritanya, lagi buka-buka catatan di Google Keep. Sebenarnya, aku juga sudah lupa judul materinya apa karena ilmu ini sudah berusia dua bulan. Tapi kalau dibaca-baca kembali, judul dari pembahasan ini kurang lebih adalah “Tips Menjadi Blogger yang Produktif dari Jihan Mawaddah”.
Jika mengutip dari bukunya Deni Dee yang berjudul “6 Rahasia Menjadi Pribadi Produktif Tanpa Rasa Malas”, produktif adalah sebuah cara untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dengan sedikit waktu dan sedikit usaha. Jadi, untuk menjadi manusia yang produktif berarti kita harus memiliki tujuan dan mau meluangkan waktu untuk mencapai tujuan tersebut.
Apakah selama ini kita sudah produktif atau sekadar sibuk?
Ketika sedang produktif, tidak jarang kita berhenti di tengah jalan dengan alasan bosan. Padahal, dalam buku atomic habits bilang bahwa untuk memulai sebuah kebiasaan, kita harus bersahabat dengan kebosanan. Jadi, ketika kita merasa bosan, bisa jadi ini adalah alasan untuk tidak melanjutkan apa yang sudah menjadi komitmen kita sejak awal.Oleh karena itu, pentingnya membuat productivity journal atau jurnal produktivitas untuk menemani produktivitas kita dalam mencapai sebuah tujuan. Kali ini, Mbak Jihan memberikan tips produktif menulis dengan productivity journal yang sebenarnya sudah lama beliau terapkan dalam kegiatan blogging. Bagaimana cara membuat productivity journal? Berikut adalah tips untuk membuat productivity journal dari Mbak Jihan.
1. Menetapkan Tujuan
Menetapkan tujuan merupakan salah satu langkah agar kesibukan kita tidak hanya sekadar “sibuk”. Oleh karena itu kita perlu menentukan tujuan, baik itu tujuan jangka panjang, tujuan 12 pekan, target pekanan, hingga target harian. Setelah menentukan tujuannya, kita pun harus menetapkan apa yang harus kita lakukan agar dapat tiba di tujuan tersebut.Tujuan 12 pekan di sini maksudnya adalah tujuan yang memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut.
1. Meaningful, artinya bermakna.
Cari tujuan yang bermakna untuk 12 pekan ke depan.
2. Audacious, artinya menantang.
2. Audacious, artinya menantang.
Cari tujuan yang bisa menantang diri, tujuan yang bisa meninggalkan zona nyaman, dan tujuan yang bisa membuat kita berdebar karena senang ketika dapat mencapai hal itu.
3. Inspiring, artinya menginspirasi.
Cari tujuan yang dapat menjadi inspirasi minimal bagi diri sendiri. Syukur-syukur bisa untuk orang lain juga agar lebih semangat lagi untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
1. Mengapa tujuan ini penting bagi kita?
2. Tindakan apa yang perlu dilakukan secara teratur yang berdampak besar pada perwujudan tujuan ini?
3. Apakah aktivitas yang telah kita tentukan itu dapat diukur?
Tetapkan seberapa banyak waktu yang akan kita habiskan untuk mencapai tujuan. Contohnya, setiap hari saya harus meluangkan waktu 15 menit untuk menulis. Maka saya harus berkomitmen dengan aturan yang telah saya tulis itu.
Last but not least, Mbak Jihan menyelipkan pesan dari Coach Aji yang benar-benar nampol.
Jadi, sudah seberapa penting tujuan yang kita rencanakan?
2. Mengidentifikasi motivasi sebagai bukti
Tujuan tidak bisa berhenti di situ saja. Kita juga harus mengidentifikasi motivasi di balik tujuan yang telah kita tetapkan. Motivasi dapat ditetapkan dengan merenungkan tiga pertanyaan berikut.1. Mengapa tujuan ini penting bagi kita?
2. Tindakan apa yang perlu dilakukan secara teratur yang berdampak besar pada perwujudan tujuan ini?
3. Apakah aktivitas yang telah kita tentukan itu dapat diukur?
3. Tentukan Ritme Produktivitas
Tentukan ritme produktivitas untuk mengetahui seberapa penting dan seberapa banyak waktu yang kita gunakan untuk aktivitas yang telah kita rencanakan. Mbak Jihan bilang kalau lebih baik sedikit tapi istikamah, daripada banyak namun kehabisan napas di tengah jalan.Tetapkan seberapa banyak waktu yang akan kita habiskan untuk mencapai tujuan. Contohnya, setiap hari saya harus meluangkan waktu 15 menit untuk menulis. Maka saya harus berkomitmen dengan aturan yang telah saya tulis itu.
Last but not least, Mbak Jihan menyelipkan pesan dari Coach Aji yang benar-benar nampol.
Jika semua dianggap penting, maka tidak ada yang benar-benar penting. Jika benar-benar penting, pasti dilakukan. Jika tidak kunjung dilakukan, jangan-jangan sebenarnya tidak benar-benar penting?
Jadi, sudah seberapa penting tujuan yang kita rencanakan?
Posting Komentar
Posting Komentar