“If you live according to what others think, you will never be rich.” - Seneca (Letters)Itu adalah kutipan pertama yang muncul ketika aku membuka buku ini. Seneca mengatakan bahwa jika kamu hidup menurut kepada apa yang orang lain pikirkan, maka kamu tidak akan pernah kaya.
Filosofi Teras terlahir dari seorang yang bernama Zeno sedang mengalami kapal karam. Musibah yang memaksanya untuk tinggal di tanah asing itu pada akhirnya melahirkan sebuah pemikiran yang justru bertahan lebih dari 2000 tahun. Bahkan sangat berguna bagi aku yang dulunya selalu overthinking-an dengan sikap orang lain, masa depan, kesalahan di masa lalu, takdir hidup, dan perkara lain yang jelas-jelas bukan ranah kendali aku. Filosofi Teras adalah sebuah pelajaran hidup yang membangun dan memperbaiki mindset-ku untuk menghadapi emosi negatif dalam diri.
Melalui buku ini, aku mengenal dengan istilah “dikotomi kendali”. Istilah ini menggambarkan dan memisahkan secara detail apa saja hal-hal yang berada di kendali kita dan apa saja hal-hal yang bukan bagian dari kendali kita. Dari sini, kita dituntut untuk selalu fokus dengan apa yang menjadi bagian dari kita. Salah satu contoh penerapan dikotomi kendali yang juga aku pelajari dari temanku adalah memiliki aturan hidup bahwa “Kalau kamu engga diajak, maka jangan nimbrung.”
Kalau dipikir secara jernih, mengeluhkan dan mempermasalahkan perkara-perkara yang ada di luar kendali kita ini sebenarnya cuma melelahkan kita sendiri. Akibatnya kita malah engga fokus dan engga maksimal dalam mencapai tujuan yang sebenarnya sedang kita raih. Contoh dalam hidupku yang kini telah aku pahami berkat membaca buku ini adalah
1. Kalau dia engga mengajak aku untuk ikut lomba, maka aku mencoba untuk menyadari bahwa bisa jadi itu menandakan kalau kemampuanku belum cukup untuk diajak berkompetisi. Atau bisa juga belum rezeki dari Allah. Bukankah rezeki dari-Nya selalu datang kepada orang yang tepat dan di waktu yang tepat?
2. Daripada mengeluhkan tugas yang susah dan anggota kelompok yang engga bisa diajak kerja sama, bukankah lebih baik jika kita mencurahkan waktu untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut secara perlahan? Daripada sibuk menggerutu karena melihat orang lain mendapatkan kelompok yang enak sementara kita engga, bukankah lebih bijak jika kita menghabiskan waktu untuk fokus mengerjakan persoalannya?
3. Daripada memikirkan dan merusuhkan mantan gebetan yang dekat sama orang lain, bukankah lebih baik jika kita fokus untuk memperbaiki diri kita? Mana tahu dapat pacar yang lebih cakeup lagi, ya engga sih? (Bercanda ya guys ya).
Kalau dipikir secara jernih, mengeluhkan dan mempermasalahkan perkara-perkara yang ada di luar kendali kita ini sebenarnya cuma melelahkan kita sendiri. Akibatnya kita malah engga fokus dan engga maksimal dalam mencapai tujuan yang sebenarnya sedang kita raih. Contoh dalam hidupku yang kini telah aku pahami berkat membaca buku ini adalah
1. Kalau dia engga mengajak aku untuk ikut lomba, maka aku mencoba untuk menyadari bahwa bisa jadi itu menandakan kalau kemampuanku belum cukup untuk diajak berkompetisi. Atau bisa juga belum rezeki dari Allah. Bukankah rezeki dari-Nya selalu datang kepada orang yang tepat dan di waktu yang tepat?
2. Daripada mengeluhkan tugas yang susah dan anggota kelompok yang engga bisa diajak kerja sama, bukankah lebih baik jika kita mencurahkan waktu untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut secara perlahan? Daripada sibuk menggerutu karena melihat orang lain mendapatkan kelompok yang enak sementara kita engga, bukankah lebih bijak jika kita menghabiskan waktu untuk fokus mengerjakan persoalannya?
3. Daripada memikirkan dan merusuhkan mantan gebetan yang dekat sama orang lain, bukankah lebih baik jika kita fokus untuk memperbaiki diri kita? Mana tahu dapat pacar yang lebih cakeup lagi, ya engga sih? (Bercanda ya guys ya).
Cania Citta Irlanie – salah satu orang yang diwawancara dalam pembuatan buku ini – mengatakan bahwa sebenarnya 10% masalah dalam hidup kita itu adalah masalah itu sendiri, 90% adalah bagaimana kita menjawab masalah tersebut. Itulah mengapa ketika kita memahami dikotomi kendali, kita menjadi belajar ikhlas, tidak meresahkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan, dan memfokuskan energi pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.
Buku yang berjudul Filosofi Teras ini memang tergolong sebagai buku yang filosofi tapi dikemas dengan sesimpel dan semenarik mungkin sehingga dapat dibaca dan diterapkan oleh orang awam seperti aku pribadi. Penjelasan di dalam buku ini juga dibuat berbasis storytelling, yaitu dikaitkan dengan kisah hidup Henry Manampiring yang sebelumnya juga dikenal sebagai orang yang selalu negative thinking (Kayak aku sih, astagfirullah).
Selain itu, penjelasan di buku ini juga disertai dengan hasil wawancara bersama para psikolog yang pastinya berpengalaman dalam mengenali mental manusia dan menerapkan stoic dalam hidupnya. Di dalam buku ini, pembaca akan menemukan beberapa gambar yang diselipkan diantara setiap tulisan sehingga pembaca sama sekali tidak merasa bosan.
Engga heran sih jika buku ini dijuluki sebagai “Mega best seller”, sebab kehadirannya bagaikan obat yang mampu mengatasi para remaja yang cenderung overthinking-an, gampang baperan, atau gampang depresian. Termasuk aku pribadi yang terbantu dengan adanya buku ini. Terhitung sampai 23 Agustus 2024 ini, buku Filosofi Teras sudah masuk cetakan ke-60. Adapun buku yang sedang aku baca sekarang adalah buku cetakan ke-47.
Judul Buku: Filosofi Teras
Buku yang berjudul Filosofi Teras ini memang tergolong sebagai buku yang filosofi tapi dikemas dengan sesimpel dan semenarik mungkin sehingga dapat dibaca dan diterapkan oleh orang awam seperti aku pribadi. Penjelasan di dalam buku ini juga dibuat berbasis storytelling, yaitu dikaitkan dengan kisah hidup Henry Manampiring yang sebelumnya juga dikenal sebagai orang yang selalu negative thinking (Kayak aku sih, astagfirullah).
Selain itu, penjelasan di buku ini juga disertai dengan hasil wawancara bersama para psikolog yang pastinya berpengalaman dalam mengenali mental manusia dan menerapkan stoic dalam hidupnya. Di dalam buku ini, pembaca akan menemukan beberapa gambar yang diselipkan diantara setiap tulisan sehingga pembaca sama sekali tidak merasa bosan.
Engga heran sih jika buku ini dijuluki sebagai “Mega best seller”, sebab kehadirannya bagaikan obat yang mampu mengatasi para remaja yang cenderung overthinking-an, gampang baperan, atau gampang depresian. Termasuk aku pribadi yang terbantu dengan adanya buku ini. Terhitung sampai 23 Agustus 2024 ini, buku Filosofi Teras sudah masuk cetakan ke-60. Adapun buku yang sedang aku baca sekarang adalah buku cetakan ke-47.
Judul Buku: Filosofi Teras
Penulis: Henry Manampiring
Penerbit: PT Kompas Media Nusantara
Tebal Buku: 325 halaman
Posting Komentar
Posting Komentar