Life Lessons in My Third Year - eps. 01

Posting Komentar

Monolog ini akan menjadi kepingan kisah yang tidak tahu akan selesai di episode berapa. Life lessons in my third year ini berisikan tentang pelajaran hidup yang aku dapatkan secara tidak langsung dan sangat berharga sehingga harus aku tulis supaya tidak lupa. Semoga, pelajaran ini bisa terus diingat agar aku dan kalian yang membaca tulisan ini tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Pelajaran hidup yang aku dapatkan pada hari ini adalah percayalah pada diri sendiri bahwasanya kamu bisa. Harusnya, lima minggu kemarin aku memberanikan diri untuk mengambil project dari kasus ril yang diberikan oleh dosenku. Namun, karena ketakutan dan ketidakpedulianku, aku jadi abai dan lalai. Sehingga, di minggu ke delapan baru sadar kalau rupanya harus mengambil project dengan kasus rill.

Padahal, hati kecilku ingin mengambil project itu. Karena aku berpikir, di tahun perkuliahan ketiga ini aku harus mengambil project dengan kasus nyata. Supaya tujuan belajarku menjadi lebih terarah dan hasilnya juga bisa menjadi portofolio-ku kelak. Bukankah beberapa bulan sebelumnya, aku bercita-cita untuk membuat tulisan tentang project yang aku garap di medium?

Tapi apalah daya, aku kebanyakan ikut orang. Jadi ya beginilah. Lupa sama tujuan diri sendiri. Terlalu fokus sama tugas tidak penting, sehingga mengabaikan tugas yang sangat-sangat penting. Ya Allah, maafkan Amel.

Tahun ketiga, seharusnya aku fokus sama kehidupanku. Bukan malah celingak-celinguk sama rumput tetangga yang jelas-jelas bisa menyakiti diriku.

Tahun ketiga, seharusnya aku bisa fokus untuk berkarya. Sebab waktu kuliahku seharusnya tak lama. Waktuku untuk memenuhi harapan orang tua semakin dekat, yaitu membuat ayah dan mama berleha-leha di kampung halaman.

Aku harusnya tahu diri. Ketika aku lemah di bagian ide, harusnya aku bergegas menerima ide yang ada. Supaya aku bisa langsung belajar. Selain itu, selama belajar aku jadi tahu apa tujuanku belajar. Karena project itu terlihat nyata, sehingga aku tidak berleha-leha secepatnya.

Menuntut kejadian yang sudah berlalu memang kurang elok. Melarutkan diri dalam kesedihan juga kurang pantas, sebab waktu tetap terus berjalan. Intinya, ini adalah pelajaran hidupku. Supaya ke depannya aku tetap bisa menyayangi dan mempercayai diriku seutuhnya dan seterusnya.


Kalau kata Kak Zhafira kurang lebih begini, tidak ada kata sia-sia selagi kita masih dapat pelajarannya.


Related Posts

Posting Komentar