Refleksi Diri: Pentingnya Mengenal Diri untuk Menghindari Kesibukan Tanpa Arti

Posting Komentar
Salah satu hal yang aku sesali adalah terlalu banyak menimbun "sampah" dalam diriku. Mengapa disebut sampah? Baca sampai akhir, ya.
Pentingnya Mengenal Diri untuk Menghindari Kesibukan Tanpa Arti
Aku selalu merasa asyik ketika mampu mengerjakan banyak tugas. Waktu itu, pikiranku adalah kalau aku menjalankan semua peran pasti bakal terlihat menarik. Orang-orang akan menganggap aku sebagai orang yang sibuk. Tapi, semua itu hanyalah asumsiku yang belum pasti benar. Faktanya, selama ini aku belum benar-benar mengenal diri sendiri. Aku sadar jika aku bukanlah tipikal orang yang bisa menguasai semua bidang dalam waktu sebentar.

Karena tidak mengenal diri sendiri, aku sering kali terdistraksi untuk membandingkan progres hidupku dengan orang lain. Aku merasa iri setiap kali melihat pencapaian mereka, tanpa menyadari kemampuan diriku yang sebenarnya. Padahal, aku juga tidak tahu kehidupan di belakang layarnya seperti apa. Jadi, mengapa aku masih demen menyakiti diri sendiri?

Selain itu, aku selalu mengiyakan setiap permintaan atau ajakan yang ditawarkan. Disuruh menemani makan es krim, aku jawab iya. Disuruh menemankan kawan untuk mengantarkan surat, aku jawab iya. Padahal, aku bukan humas, sekretaris, atau ketua pelaksana. Disuruh ikut himpunan mahasiswa, lagi-lagi aku jawab iya.

Aku melakukan semua itu, hingga tiba di titik penyadaran: Apakah selama ini aku produktif, atau hanya sekadar sibuk?

Aku menyibukkan diri dengan banyak hal, dari yang penting hingga yang sepele. Aku mencoba mempelajari semuanya, tanpa sadar bahwa ilmu yang benar-benar aku cerna dalam kepala sebenarnya tidak seberapa.

Karena terlalu banyak hal yang harus dihadapi, aku jadi pelupa. Padahal, usiaku masih tergolong muda. Aku mudah terdistraksi, selalu penasaran dengan aktivitas lain yang terlihat menarik dan terdengar menyenangkan. Aku seperti tidak memiliki batasan untuk diriku sendiri. Rasanya ingin bisa segalanya, meski kapasitas otak tidak sebanding dengan ambisi itu.

Saat ini, aku ingin berkata pada diriku di masa lalu, dan mungkin juga kepada anakku kelak:
Betapa pentingnya mengenal diri sendiri, agar kamu bisa menjalani hari tanpa merasa terbebani. Betapa pentingnya mengetahui karakter dalam diri sendiri, sehingga kamu tidak hanya sekadar ikut-ikutan dalam memilih opsi.
Percaya sama diri dan progres
Selain refleksi diri, postingan ini juga akan menyatukan semua catatan yang sudah aku kumpulkan di chat WhatsApp pribadi. Baca sampai selesai, ya.

Dosenku pernah berkata bahwa orang luar negeri cenderung lebih pintar karena mereka ahli di satu bidang. Sedangkan di Indonesia, kita seringkali dituntut untuk bisa segalanya. Padahal menurut beliau, ini keliru. Di luar negeri, kita justru didorong untuk menjadi ahli di satu bidang.

Beliau juga menyampaikan bahwa mindset ketika berada di universitas adalah bagaimana supaya bisa bekerja sebelum lulus atau bagaimana cepat lulus supaya bisa segera bekerja. Pernyataan ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa aku menulis postingan ini.

Sejauh semester lima ini, aku menyadari bahwa kuliah adalah perjalanan untuk diri sendiri. Oleh karena itu, menetapkan target dan memahami seluk beluk perkuliahan di waktu senggang antara sekolah dan kuliah sangatlah penting. Pernyataan bahwa kuliah bukanlah ajang untuk ikut-ikutan memang benar menurutku. Kita tidak boleh ikut-ikutan, tapi juga harus cermat dalam memilih teman yang suportif.

Aku juga mendapatkan insight ketika pihak Apple Academy mengunjungi kampusku pada tahun lalu. Insight tersebut berkaitan dengan kreativitas. Menurut mereka, kreativitas adalah skill yang bisa dipelajari. Kreativitas dapat diibaratkan sebagai otot. Semakin sering digunakan, pasti ototnya akan semakin kuat.

Faktanya, kreativitas muncul karena otak kita sudah terisi. Jika otak kosong, tidak mungkin kita bisa kreatif. Oleh karena itu, kalau mau memasuki sebuah kelas, kamu setidaknya harus tahu apa yang akan kamu pelajari ketika kelas nanti. Begitu pula ketika kamu diamanahkan untuk membuat sebuah acara. Pastikan kamu sudah tahu gambaran acaranya seperti apa, supaya kamu bisa merancang mau membentuk acaranya seperti apa. Apakah bakal sama sepenuhnya seperti acara di tahun lalu atau acara di tempat lain? Atau ada bagian yang ingin dimodifikasi? Itulah pesanku pada diriku sendiri.

PENUTUP

Aku ingin berterima kasih kepada kalian yang sudah membaca catatan ini sampai akhir. Aku bukan orang yang hebat, masih banyak yang harus aku pelajari, dan tentu saja masih banyak kegagalan yang aku alami.

Awalnya, aku menyesal karena banyak waktu yang terbuang sia-sia. Seharusnya aku bisa lebih fokus pada bidang IT, tapi nyatanya aku malah sibuk mengikuti berbagai kegiatan yang belum pernah aku coba, seperti organisasi.

Namun, aku memutuskan untuk tidak menyesali itu. Banyak pelajaran hidup yang aku dapatkan dari pengalaman tersebut. Jadi, aku bakal mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada diriku di masa lalu. Berkat kamu yang pernah terjebak dalam kegiatan himpunan dan kepanitiaan, kini kamu jadi tahu banyak hal yang dulu tidak aku ketahui. Aku percaya, masa muda adalah waktu yang tepat untuk menghabiskan jatah kegagalan.
mendalami bidang akademik dan membangun personal branding
Yang terpenting sekarang kamu sudah sadar. Langkah selanjutnya adalah fokus mendalami bidang akademik dan membangun personal branding sebagai penulis di bidang pengembangan diri dan teknologi. Jangan mudah mengiyakan kegiatan lain yang tidak sejalan dengan dua hal tersebut.

Related Posts

Posting Komentar