Dunia Itu Bayangan Belaka

Posting Komentar

Dulu waktu SD, aku selalu melihat bayangan di setiap pulang sekolah jalan kaki. Bayangan ketika pagi, siang, maupun sore hari pastinya memiliki posisi yang berbeda. Hal ini dikarenakan posisi bayangan berada di tempat yang berseberangan dengan posisi matahari itu sendiri. Saat pagi hari, bayangan berada di posisi barat. Saat siang hari, bayangan berada tepat di atas kepala kita. Saat sore hari, bayangan berada di sebelah timur.

Karena dulu sering berjalan sendirian, aku sampai pernah berpikir, “Kenapa ya aku sulit banget menangkap bayangan aku sendiri? Aku diam, dia ikut diam. Aku jalan, dia ikut jalan. Aku lari, dia juga ikut lari.”

Bayangan Manusia





“Dunia ini ibarat bayangan, kejar dia dan engkau tak akan pernah bisa menangkapnya. Balikkan badanmu darinya dan dia tak punya pilihan lain kecuali mengikutimu.” - Ibnu al-Qayyim

Ini akan menjadi salah satu life lesson yang aku dapatkan di tahun ketiga perkuliahan. Sebagai anak yang ambisius, engga mau ketinggalan alias FOMO, dan engga pede-an, aku belajar bahwa dunia itu tidak boleh dikejar. Sama halnya dengan nasihat makde-ku, yaitu laki-laki itu tidak boleh dikejar. Maka, pelajaran ini akan aku abadikan di sini supaya dapat menjadi reminder hari ini dan nanti.

Bukannya ingin mematahkan, tapi percayalah setiap orang pasti memiliki keterbatasan. Menjadi ambisius itu boleh, tapi kamu juga harus mengenali diri sendiri dan kondisi. Kamu harus tahu, siapa sih diri kamu? Jika kamu ambil opsi A, apakah kamu bakal menyanggupinya?

Bukankah ilmu fisika itu benar adanya? Gaya itu sebanding dengan tekanan. Semakin besar gaya yang ingin kamu tampakkan, maka semakin besar pula tekanan yang kamu dapatkan. Kamu ingin menjadi ambisius supaya dikenal sebagai orang yang hebat. Namun, apakah kamu tidak sadar seberapa besar kapasitas yang kamu punya?

Sekarang aku jadi belajar kalau dunia itu engga boleh dikejar. Mengejar dunia hanya akan membuat kita capek. Kita tidak akan bisa mendapatkannya kecuali capeknya saja.

Hidup itu pilihan. Setiap pilihan pasti ada resikonya. Kamu ingin mengerjakan semuanya supaya terlihat keren di mata orang. Namun di balik itu kamu harus mengorbankan waktu bermain dan waktu istirahatmu yang mana ini akan berdampak pada kesehatanmu sendiri.

Namun, apakah aku menyesal karena sudah mencoba semuanya? Sebenarnya iya. Mengingat banyak yang dikorbankan. Tapi setelah aku pikir-pikir, engga juga lah. Semoga dengan semua pengorbanan ini, aku tidak hanya mendapatkan letihnya saja. Tapi berkahnya juga iya.

What’s Next?

Untuk di tahap selanjutnya, aku hanya ingin fokus dengan tugas akademikku. Pemahamanku di bidang teknologi masih jauh, sehingga kesempatan untuk mengikuti lomba di bidang ini juga masih belum terpikirkan di benakku. Fokusku saat ini adalah membangun sistem. Bagaimana caranya supaya tetap bisa mendapatkan ilmu secara optimal di bangku perkuliahan. Bagaimana caranya supaya aku tetap bisa menulis blog ini secara rutin meskipun jurusanku saat ini bukan sastra. Dengan begitu, ini bisa menjadi langkah untuk membangun kepercayaan diri.

Karena skill dan pengalaman jauh lebih penting, bukan? Oleh karena itu, fokusku saat ini adalah mengisi blog ini dengan pengembangan diri dan teknologi.

Related Posts

Posting Komentar