Pentingnya Menentukan Learning Path

Posting Komentar
Semenjak libur semester 3 dan 4, aku memutuskan untuk stay di Tanjungpinang. Tujuannya adalah untuk mendalami ilmuku yang masih cetek di bidang teknologi. Namun, implementasinya ternyata masih jauh dari asumsiku.

Ternyata, aku mempelajari terlalu banyak bidang hingga membuatku bosan dan lelah untuk belajar. Sehingga, aku menjadi orang yang gampang lupa karena terlalu banyak informasi yang kutampung di otak. Banyak materi yang akhirnya aku abaikan karena aku merasa lelah dalam belajar. Contohnya, waktu itu aku berpikir, “Ngapain sih mempelajari ERD dan DFD lagi, toh sudah kelar juga kan.” Padahal ilmu ini bakal kepake di semester berikutnya bahkan di dunia kerja nantinya.

Belum lagi waktu itu aku mencoba semua kegiatan yang sampai-sampai sekarang tuh berpikir kalau ini semua tidak ber-impact ke aku yang sekarang gitu. Kayak kemarin, aku mengikuti komunitas membaca buku. Untuk bisa mengikuti komunitas itu, aku harus mengikuti tantangannya dan malah memilih peran menjadi admin yang tugasnya memang bukan mudah, ya.

Komunitas itu bagus sih. Jika kawan-kawan memang ingin mengembangkan minat membaca dan menulis, aku menyarankan banget deh untuk join ke komunitas itu. Karena selain membaca, masih banyak event seru lain yang bisa menambah skill public speaking, time management, dan seterusnya.

Namun, komunitas seperti itu rupanya kurang relevan bagi aku yang baru mendalami dunia perkodingan dan teknologi. Sebagai anak kecil yang baru belajar berjalan, yang masih banyak jatuh bangunnya, dan masih banyak ketawa dan nangisnya, fokus untuk mendalami satu bidang itu merupakan nasihat yang ingin aku sarankan kepada Amelia sejak awal-awal kuliah.
Pentingnya Menentukan Learning Path

Ketika kita telah memfokuskan diri untuk mempelajari satu bidang, maka dari situlah kita memutuskan untuk konsisten mempelajarinya berdasarkan learning path atau roadmap atau alur belajar yang ada. Misalnya, saya ingin belajar FullStack. Ya sudah, di semester 4 saya fokus untuk belajar Front-End, dan di semester 5 saya fokus untuk belajar BackEnd. Itu baru satu contoh, ya. Masih banyak contoh lain yang aku sesali karena tidak aku lakukan.

Banyak banget nasihat yang ingin aku sampaikan kepada Amelia yang dulu. Mulai dari jangan ikut organisasi yang kurang berkaitan dengan ilmu yang sedang kamu dalami, jangan ikut kepanitiaan lagi kalau sudah semester 3 ke atas, tentukan bidang apa yang ingin kamu dalami, jangan sering membandingkan diri dengan orang lain karena itu bakal membuat kamu takut dan minder, dan jangan keseringan scrolling media sosial karena itu sama sekali tidak berfaedah bagi kamu yang jadwalnya padat.

Berbicara tentang scrolling medsos, sebenarnya itu kembali ke setiap individu. Bagi seorang admin sosmed ataupun selebgram, ini bakal berguna banyak bagi mereka. Karena mereka jadi tahu tentang tren, algoritma instagram, dan lain-lain. Namun, bagi aku yang baru belajar perkodingan ini, rasanya kurang relevan. Apalagi aku tidak memosting apa-apa di sana. Rasanya rugi banget waktuku dihabiskan untuk melihat kehidupan orang lain yang wah wah. Sudah habis waktu, malahan engga posting sesuatu yang bermanfaat pula. Astagfirullah.

Maka di pagi hari ini, aku ingin merefleksikan diri atas perjalanan hidup yang telah aku lewati. Walaupun memang jadwal lagi padat, tapi aku coba mengeluarkan unek-unek yang berada di dalam kepala ini. Semoga penyesalan-penyesalanku pada masa perkuliahan ini bisa aku ingat sampai nanti, atau bahkan bisa berguna bagi kalian yang sudah mau membaca tulisan ini sampai sini.

Terima kasih sudah mau membaca tulisan ini. Semoga refleksi pagi ini bisa bermanfaat untuk kita semua.

Related Posts

Posting Komentar