Cukuplah Lara, Tiba Waktunya Kau Tega

Posting Komentar
Gambar untuk Puisi yang berjudul, "Cukuplah Lara, Tiba Waktunya Kau Tega"
Cukuplah lara yang engkau dera saat ini menjadi pelajaran yang terindah dari Tuhanmu yang Maha Bijaksana. Sebab, selama ini engkau telah abai akan aturan-aturan yang telah Ia rangkai.
Tiada letih-letihnya Tuhanmu selalu mengingatkan, agar kau senantiasa meniti di jalan yang telah Ia perintahkan. Berkali-kali Ia berpinta, "Kejarlah aku. Sebab dunia tak pernah berpihak kepadamu."
Namun, kamu membatu. Dibuai candu akan pahitnya cinta semu. Walau Tuhanmu selalu bersabda, "Dia bukan milikmu!" Tapi, langkahmu terus saja berlari, mengekori pria jangkung yang tak tahu diri.
Lagi-lagi, Tuhanmu selalu berseru, "Kamu tidak punya siapa-siapa. Kamu juga tidak punya apa-apa. Kamu hanya punya aku. Lantas, mengapa engkau masih menggerutu tatkala Aku memapahmu di jalan yang berbeda? Bukankah aku lebih tahu yang terbaik untukmu daripada kamu sendiri?"
Kata para tetua, lara di tanah asing adalah petaka. Sebab, ia harus berdikari. Tiada insan yang menemani tatkala raga tak berdaya. Maka, cukuplah ini menjadi lara kesekian kalinya. Lara akibat ambisi-ambisi dunia yang tak lebih berharga dari sehelai sayap nyamuk.
"Jangan pernah melanglang jalan itu lagi. Jangan pernah menapaki jalan bersamanya lagi. Ia tak menghargaimu. Ia pula tak pernah bermuara pada tujuanmu. Lepaskanlah. Rencana Allah jauh lebih indah dari yang kau kira." 

Related Posts

Posting Komentar